Seorang pengelana merenung di payungi langit habis hujan
Tahu bagaimana suasana kala itu ?
Sejuk udara menerpa tiap jengkal epidermis
Ringan angin menyibak satu demi satu helaian rambut
Harum aroma pepohonan dan tanah basah
Rasanya.. segar
Si pengelana lanjut merenung
Lantas ada apa gerangan ?
Dalam suasana surga duniawi, lantas dia hanya diam
Ah, membunuh waktu dengan hal yang tidak berguna
Hanya termenung diam
Dulu, sempat si pengelana termanggu
Kapan sampai tiba waktu bisa merenung, hanya diam merenung
Bilamana datang waktu, maka habislah detik hanya tuk merenung, diam
Sekarang, suasana nampak serupa
Rasa gusar harusnya lenyap sudah
Lantaran waktu mati telah datang, bahkan dari jauh hari
Namun apa hal ?
Si pengelana dan realita bahkan bertentangan
Asa si pengelana bergejolak
Ada apa gerangan?
Nampak asa yang masih lapar lantaran belum puas
Apa hal ?
Belum puas akan nasib ?
Ah, sungguh tak patut
Kini ditengah ada waktu untuk merenung
Ada, adalah hal yang sepatutnya tak di 'ada' kan
Namun ya, si pengelana membuatnya 'ada'
Waktu untuk si pengelana merenung kini sampahlah sudah
Hal yang patutnya masih berguna namun mubadzir sudah
Si pengelana kian hari mulai sadar
Waktu yang dia miliki sekarang hanyalah bualan
Bualan yang didasari keeogisan
Sampailah sudah tinggal menunggu sang karma
Padahal mulanya hanya titik kecil
Ha, sungguh lucu apa kata orang tua
Setitik tinta berakhir pada coretan noda panjang
Apa hal si pengelana buat ?
Di atas rumput basah lantas menengadah awan, selalu tersenyum
Akankah indah bila ada dunia baru dalam dunianya?
Bila dunia tanpa waktu pun dibuat nyata
Akankah indah ?
Tidak semua hal di dunia bahkan tampak nyata
Waktu pun lantas demikian
Si pengelana, waktu dan egoisme sebuah ikatan ironis
Diikat dengan tali kenur mungkin lantas susah putus
Lalu ?
Asa hanya ingin mendapat waktu pun si pengelanan telah mati
Dirundung rasa egoisme tinggi
Padahal hanya berharap bebas
Susah payah mencoba bergerak pun sia-sia
Si pengelana malah terperosok dalam jurang amarah
Nafsu meluap bak petir di siang bolong, setiap detik
Angin mana yang mau membela
Awan mana yang mau menaungi
Orang mana yang mau menemani
Si pengelana dirundung gundah
Padahal hidup nyatanya tak sulit
Malangnya hidup sering dipersulit
Layaknya si pengelana kini
Merongrong meminta jagat memenuhi hasrat
Hanya secuil waktu bukan martabat
Naas kepalang naas
Si pengelana kini tersesat
Hidup kini jauh dari waktu dulu
Waktu kapal masih dalam satu garis navigasi
Kini kapal si pengelana mulai melenceng
Tertampar ombak meminta wedal
Wedal rasa percaya bagi si pengelana
Hilang sudah, hampir
Si pengelana kembali meneruskan keegoisannya
Sendiri terpuruk diantara dinding tembok
Luas dunianya pun tak lebih dari beberapa meter
Penuh keterbatasan lantas mengapa begitu sombong?
Begitu naif ?
Harta karun apa yang disimpan si pengelana ?
Tak ada secuil emas pun di dalam tong
Namun mengapa si pengelana begitu sombong ?
Alam bahkan tak mau bersahabat
Makhluk Tuhan bahkan sekiranya menghindar
Apa hal ?
Sungguh tragis hidup si pengelana
Kini, hidup dalam bias waktu penuh ilusi, sandiwara
Kenyataan waktu untuk bebas telah habis sudah
Bagai monopoli, sudah tak patut dapat kartu kesempatan
Si pengelana berniat bangun
Namun apa daya, batin menyanggah
Hidup si pengelana sudah nampak begitu tolol
Bak raga tak bernyawa berharap hasil dari sebuah renungan
Hasil pilu
Naif memang naif
Perkara abstrak yang tak punya nilai
Awan gelap kini mulai tersenyum oranye
Kerlip berlian akan terlihat ditembus bias sang oranye, nanti
Sekarang waktu janari
Masih terbalut kokokan ayam lantang
Alam mendengarkan di setiap waktu yang sama
Sejarah kemudian akan berulang dengan sendirinya
Ya, seperti itu
Kini, hilang sudah waktu semalam suntuk
Si pengelana mendesah pilu
Bahkan hanya termanggu bisa lelah
Pun bukan maksud lelah ragawi
Namun hati yang kini sangat lelah hanya berbisik
"kapan aku bisa keluar ?!", begitu katanya
Namun kembali sayang, hanya berupa ampas bualan
Friday, 31 October 2014
Membual
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
What are you looking for..?
Keep Moving Forward with much idea and creation on your Blog...
Popular Posts
-
Pengarang : Abdul Muis Hanafi dikirim ibunya ke Betawi untuk bersekolah di HBS (Hoogere Burger School). Walaupun ibu Hanafi hanyalah seor...
-
Hari ini Selasa 17 Mei 2011, cukup banyak film yang penuh makna dan pelajaran yang gue tonton hari ini, "film" ya BUKAN "...
-
Nama polutan pastinya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Percaya atau tidak, ada banyak macam polutan yang bisa kita ju...
-
Selain drama Korea ‘Bad Boy’ drama satu ini juga gue ancungi jempol. Kenapa ya (?) Padahal gue orangnya selektif lho (-,-) terutama tent...
-
Manfaatkan waktu kamu selagi masih banyak FREE TIME ! Apalagi yang udah punya segudang rencana buat masuk PTN favorite. Jangan terlalu di...
-
KEPERCAYAAN DAN AGAMA Memang terdengar sedikit gila atau sangat tidak mungkin tap...
Labels
Author
Do you have an advice for this blog, call me.
Followers
Search Engine MarketingSubmit Express
No comments:
Post a Comment