Wednesday 3 December 2014

Fana

Hari demi hari telah berlalu
Waktu hujan turun sore-sore kali ini sepertinya hendak usai
Tapi udara terasa masih lembab tiap hari
Kemarin si pengelana hendak pulang
Tapi terhalang
Sadarkah akan sesuatu ?
Si pengelana hari ini makin penuh dengan kebencian
Harinya dan hatinya kini dipenuhi amarah
Dan itu masih
Langkah demi langkah dilalui
Jengkal  demi jengkal jarak terlampaui
Tiap sepanjang jalan bertemu banyak mata
Tiap pasang mata itu pun dipandang penuh amarah
Lantas salah apa ?
Tak ada, tak tahu
Hanya marah, hanya benci
Tahu sesuatu ?
Hati dan nalar si pengelana mulai menyempit
Mulai menutup dirinya dari bahagia realita yang seharusnya
Malah memupuk benci
Apa hal ?
Mungkin si pengelana orang keras ?
Mungkin si pengelana orang jahat ?
Mungkin si pengelana orang egois ?
Mungkin si pengelana orang naif ?
Mungkin ?
Mungkin ?
Tapi siapa tahu..
Mungkin si pengelana lelah
Lelah melihat realita
Lelah menghadapi banyak mata penuh dusta
Lelah bertarung dengan panci penekan otak
Lelah di pandang sebelah mata
Lelah bahkan tak dianggap
Mungkin..
Pernahkah bertpikir demikian ?
Ah bahkan orang pun berpikir jungkir balik tentang si pengelana
Lantas ?
Toh si pengelana kini pun tak punya tempat berlabuh yang benar
Kini dan dulu, masih tak punya
Ada, pun itu tawar
Ah sungguh lelah
Terlalu banyak intrik dirasa si pengelana
Sungguh penuh tipu daya
Dasar muka dua dia bilang
Ah apa hal ?
Bilang apapun, pikir apapun percuma
Ah dasar dunia

Monday 17 November 2014

Buta

Hey ini waktu crusial bagi sang pengelana
Hey manusia yang sangat punya banyak mata
Namun sayang semua buta
Hey manusia yang punya banyak telinga
Namun sayang semua tuli
Hey manusia yang punya banyak mulut
Namun sayang semua hanya membual
Apa hal yang si pengelana lakukan ?
Apa hal yang Tuhan lakukan ?
2 kali dalam sebulan menginjak neraka
Namun masih tak paham
Betapa hebat lah si pengelana demikian
Betapa bodoh jua

Sunday 2 November 2014

Waktu

Si pegelana memasang kuda-kuda
Padahal masih di pagi buta
Ingin rasanya si pengelana beranjak dari kursi
Beralih ke dunia fana menghadapi realita
Tapi masih, rasanya masih sesak
Si pengelana mulai beranjak pergi
Kini, si pengelana berada di ambang batas
Ataukah berada di ujung tanduk ?
Ah, sama hal
Matahari telah lewat di atas kepala
Tinggal dinikmati hangat tanpa panasnya
Diantara tembok dan kutub palsu
Disana, si pengelana menengok ke luar jendela
Tiba pada perasaan aneh
Diselingi renungan singkat, atau lamunan?
Di antara tembok bak penjara semu
Di tengah celotehan sang sejarawan
Disini kembali muncul perasaan hampa
Bayangan masa lalu bermunculan
Apa karna celotehan sang sejarawan kah ?
Tentu bukan
Bukan bayangan berat yang identik dengan fakta sejarah
Hanya bias bayangan manis masa muda
"Benar apa kata sang empunya .."
Si pengelana kembali berpikir demikian
Ya, tapi waktu bergulir terlalu cepat
Rasanya seperti baru kemarin
Bayangan rebahan di atas rerumputan tanpa ada halang
Jiwa yang masih bebas tanpa ada kekang
Kini sungguh menjadi pilu
Ya, waktu bergulir terlalu cepat
Sudah hampir dua dekade si pengelana berjalan
Menyusuri ruang waktu asing
Melewati banyak hal, sendirian
Memang sekarang berbeda
Sekarang ada kawan, tak sendiri
Namun yang ada hanya terasa kawan semu
Hei dunia fana ini seakan terbalik
Kawan nyata mana dikata kawan semu
Kawan semu seakan dikata kawan nyata
Apa hanya pikiran gila si pengelana ?
Ataukah si pengelana memang mulai gila ?
Ataukah dunia yang menjadi gila ?
Ah, sang sejarawan tentu beruntung
Membayangkan dunia rekonstruksi yang  bahkan bukan dunianya
Namun apa hal bagi si pengelana
Membayangkan dunianya sendiripun tak sanggup
Tak berani ?
Ah, sungguh masa lalu mungkin yang lebih baik

What are you looking for..?

Keep Moving Forward with much idea and creation on your Blog...

Popular Posts

Author

Do you have an advice for this blog, call me.

Followers

Search Engine MarketingSubmit Express
WELCOME TO MY LITTLE WORLD, GUYS !!