"Senja Menggema"
by : Hindun Nurzahara
Sejenak ku termenung
Kuingin rasakan tamparan alam dibatas dunia
Senyum simpulku menahan gundah kelana
Memecah kebisuan yang lama tercenung
Ku dengungkan bait yang tak kunjung merenung
Melanglang meratap tak bergerak
Oh kaum setan !
Kau ajak diriku kembali menari diatas permukaan air
Percuma !
Aku tak mau terjebak diantara dua dunia
Ruang dimensi bangsamu bukanlah bagian diriku
Sudah waktunya kita berpisah
Biarlah kita berdiri didunia kita masing-masing
Biarkan ku nikmati keindahan ini tanpa kau ganggu
Sekali ini saja, ku ingin duduk lama diberanda..
Kuingin rasakan tamparan alam dibatas dunia
Senyum simpulku menahan gundah kelana
Memecah kebisuan yang lama tercenung
Ku dengungkan bait yang tak kunjung merenung
Melanglang meratap tak bergerak
Oh kaum setan !
Kau ajak diriku kembali menari diatas permukaan air
Percuma !
Aku tak mau terjebak diantara dua dunia
Ruang dimensi bangsamu bukanlah bagian diriku
Sudah waktunya kita berpisah
Biarlah kita berdiri didunia kita masing-masing
Biarkan ku nikmati keindahan ini tanpa kau ganggu
Sekali ini saja, ku ingin duduk lama diberanda..
“Rumah kaca”
by : Hindun Nurzahara
Melihat titik-titik hujan menusuk-nusuk kaca jendela
Bagai mendengar orkestrasi nyanyian bunga, burung, dan bulan
Ada kecemasan ditengah kegaduhan
Banyak orang saling diam
Menghayati makna cinta
Bagai mendengar orkestrasi nyanyian bunga, burung, dan bulan
Ada kecemasan ditengah kegaduhan
Banyak orang saling diam
Menghayati makna cinta

adalah tikaman yang mencabik kesetiaan
Mulut kelu menghamburkan caci maki yang disampaikan dalam orasi memabukkan
Keliaran hati mencoba menerobos dinding itu
Pikiran jelajahi segala kemustahilan
Seperti perjalanan panjang dalam hitungan waktu
Ketidak berdayaan menghadirkan bau kematian dan proses pemumian
Ketakuatan menekan kebeasan dan gairah
Jadilah penonton segala cerita
Ketidak berdayaan menghadirkan bau kematian dan proses pemumian
Ketakuatan menekan kebeasan dan gairah
Jadilah penonton segala cerita
Ya, hanya penonton !
Diam atau dipaksa bisu
Duduk dipojok-pojok kehidupan
Aku bergerak-terpatah-patah
Berjalan dengan kaca mata kuda tanpa jiwa
Kini lengkaplah episode kematian itu
Hujan membuat kabut pada kaca jendela mengiringin prosesinya
Tinggalah kini tangan-tangan yang mengepal lunglai.
Diam atau dipaksa bisu
Duduk dipojok-pojok kehidupan
Aku bergerak-terpatah-patah
Berjalan dengan kaca mata kuda tanpa jiwa
Kini lengkaplah episode kematian itu
Hujan membuat kabut pada kaca jendela mengiringin prosesinya
Tinggalah kini tangan-tangan yang mengepal lunglai.
Nice poetry, like it . It's seems so classic :)
ReplyDeletethank youu :)
ReplyDelete