Saturday, 3 March 2012

Kira No Nikki (キラの日記) a.k.a KIRA

PART 1

Secangkir kopi siap di meja bersama dengan notebook yang punya masalah dengan keyboard di huruf ‘E’-nya, jadi agak sulit ditekan. Dimulai dari sebuah dorama Jepang “Seigi No Mikata” yang boleh dibilang jadi sebuah inspirator, hm.. bener juga ‘The Ally Of  Justice” soalnya bisa ngasih inspirasi, amazing !  (⌣_ ⌣!!)

Minggu, 10.39 AM.

Diluar sana jam-jam sekarang harusnya orang-orang sudah disibukan dengan berbagai aktifitas, tapi disini atmosfernya berbeda. Aaaah… hidup memang surga ‘kalau tanpa beban’. 

Status sebagai murid pindahan, hm.. itu satu tahun yang lalu, status sekarang à Please call me, Nonomiya à just dream.
Kira pelajar biasa ? Ya. Gadis biasa ? Sama sekali salah. ╰(◣﹏◢)╯
Kira punya intelektual, ketepatan dan taste yang sangat tinggi dan jangan lupa soal tomboy. Siapa yang menyangka dibalik statusnya sebagai murid SMA, Kira punya banyak rahasia yang bisa mencengangkan dunia, mari kita simak !
Tinggal bersama orang tua yang biasa-biasa saja tidak menjadi masalah untuk Kira. Dimulai dari rumah sederhana keluarganya yang bisa dibilang kelas menengah, tapi kualitas kelas atas. Tentu yang menjadikan kualitas adalah hasil kerja Kira selama satu tahun ini. Perombakan besar-besaran yang dia lakukan diam-diam ternyata berhasil. Well done ! Kualitas super canggih dan mewah di ruang rahasia pribadinya. Dilihat dari luar, hanya terlihat sebuah kamar anak perempuan dengan ukuran 2x2 meter dan beberapa barang biasa, hm.. tidak dibalik itu. Lantai keramik yang berwarna hitam putih dan pola papan catur, itu rahasianya. Dengan melakukan beberapa percobaan, lantai tersebut dijadikan pintu masuk ke rumah pribadi rahasianya di bawah rumah keluarganya dan beberapa rumah tetangganya, kalau dihitung, luas ruang pribadinya berapa ya.. pokoknya sangat luas untuk ukuran satu orang penghuni dan tidak ada yang tahu, kecuali kucing peliharaannya. Cara pemikiran Kira berbeda dari orang kebanyakan, satu saat seperti ada iblis yang menyelubungi dirinya dan satu saat lain, rasa simpatinya bisa bagaikan malaikat. Tapi aku rasa, Kira lebih mirip dikatakan setengah setan seperempat malaikat.
Kira, girl, 16 tahun, pelajar kelas 2 SMA, Japanese, but now Indonesian. Pecinta film, ya! Dan jangan lupa dengan berbagai rahasia dan misterinya.

Saturday, MARCH, Rainy.

Jaket, benda itu perlu dibawa kemana-mana saat ini. Apalagi hari ini mungkin akan pulang sore, padahal ini hari Sabtu. Kira lebih ingin pulang cepat. Bukan karena ini malam Minggu, dia tidak peduli hal itu, yang dia khawatirkan aku tidak punya cukup waktu untuk melihat film itu hari ini. Dasar sial, hari ini tidak bisa membawa notebook seperti biasa, tasnya terlalu penuh. Kira.

Acara sekolah yang menyebalkan, sekolah tidak akan mungkin akan semudah itu mengeluarkan uang demi acara muridnya, kecuali karena muridnyalah yang terlalu aktif meminta, mungkin. Festival Seni tahun ini benar-benar menyebalkan dan merepotkan. Kadang aku pikir lebih baik di rumah dari pada di sekolah ini. Jam 12 siang sudah harus bersiap untuk tampil, aku bahkan tidak terlalu mempersiapkan apapun. Dan sekarang baru jam 10, haah... masih lama. Kostum saja aku harus meminjamnya, sungguh merepotkan. Aaah... melihat semua orang berdandan agar tampil cantik, tampan dan hebat sedikit membuatku iri. Hey, ada apa denganku ?! Aku hanya membawa satu stel pakaian yang yeaks.. sangat tidak cocok. Teman-teman yang lain terlihat pantas dengan dandanannya, aku ?! Sungguh TIDAK bagiku. ”Ooh Kira, kenapa hidupmu begini ?”

Vivi              : ”Hey” (duduk di meja)
Kira             : ”Nguh ?”
Vivi              : ”Ganti, kostum itu benar-benar tidak cocok!”
Kira             : (Berkaca di jendela kelas) ”Ngah?  Iyakah?”
Sani             : ”Iya, seperti preman”
Kira             : (Bingung) ”Oh, iyakah? Suu (menyebalkan)”

Haaah... padahal hanya akan tampil selama kurang lebih 7 menit, kenapa pakaian pun harus serepot ini. Kalau aku jadi pemeran utamanya tidak jadi masalah meski harus kerepotan atau apapun, tapi disini bisa dibilang aku hanya sebagai figuran, harusnya tidak jadi masalah aku tampil seperti apa, tapi masih... ada yang mengkritik. Kostum apalagi yang harus aku pakai, sudah tahu aku paling tidak bisa dan sulit cocok dengan sembarang pakaian, masih dipaksa juga. Aku tidak seperti gadis cantik diluar sana tahu ! Aku juga punya style sendiri. Haaah... kenapa juga aku harus mengumpat dalam hati dan tidak mengatakannya. Orang-orang pikir aku gadis pemberani. Ya.. yaa.. memang, tapi kalau soal dandan berdandan dan mix and match kostum seperti ini, bunuhlah akuuuu Tuhaaan...! Aku seakan ingin berteriak seperti itu.

Kira             : ”Yoo Sani, help me, antar ke toilet ya, mau ganti pakaian”
Sani             : ”Oho.. Ok..”

Dan akhirnya aku terpaksa juga harus mengganti pakaian ini. Godness ! Ini benar-benar bukan gayaku. Hooh.. aku ingin bersantai di kamarku saja sekarang ini.

Sani             : ”Kenapa ?”
Kira             : ”Ngh ? Oh, iie (tidak). Aaah... aku ingin pulang saja, disini benar-benar repot”
Sani             : ”Eeh, kau pikir aku tidak mau. Kalau bisa, sekarang juga aku ingin pulang”
Kira             : ”Haha.. Tidakah ini membuang-buang waktu”
Sani             : ”Ups !”

Ups, kenapa harus ada kakak kelas yang stand by menghalangi jalan ke toilet. Tuhaan, harusnya sekolah ini diperbesar lagi, terutama koridor, kalau bisa, ada toilet di kelas masing-masing !

Sani             : ”Iih.. banyak orang ”
Kira             : (menghela nafas) ”Damn ! (tersenyum) Well, hm... tidak jadi. Di kelas saja”

Haruskah hari ini begitu merepotkan.

Kira             : ”Hey, tolong pegangkan jaket ini, aku ganti disini saja”

Gilakah aku, sampai harus ganti pakaian sembunyi-sembunyi di kelas yang banyak orang seperti ini ?! Yah, sebut saja aku gila !

Kira             : ”Done, thank you thank you !”

Hm.. kita lihat, apakah pakaian ini juga masih dikritik.

Kira             : ”How ? yang ini ?”
Nur             : (duduk di kursi) ”Hm... masih seperti ada yang kurang, apa ya ..? Coba pakai kerudung ”
Kira             : ”Eeh ..? Aku tidak punya dan tidak bawa kerudung apapun”
Vivi              : ”Coba gerai saja rambutmu ”
Kira             : " Eeh ? Gila, geraaaah...."
Vivi              : "Ih, supaya cocok"
Kira             : "Hm...." (berpikir)

Ini konyol, di cuaca yang panas seperti ini, haruskah rambutku digerai ? Menyiksa.Vivi dan Nur, kritikus yang hari ini banyak komplain tentang penampilanku. Hm.. kelas ini benar-benar dibuat menjadi salon gadis SMA gara-gara acara ini. Melihat teman yang lain sepertinya tidak serumit diriku. Yaya.. karena mereka memang cocok memakai apapun.

Kira             : ”Watashi wa... (aku) Kapan aku bisa seperti itu, haaah...” (menghela nafas)
Aaaah... aku benar-benar ingin pulang.

13.00 PM, Show Time !

Kira             : ”Hey, apa disana kami diberi microphone ?”
Panitia         : “Ya, tentu “
Kira             : “Ho.. emh” (senyum)

Bla..bla..bla.. saat panitia sekolah mengumumkan giliran kelasku tampil. Tuhan, tanganku benar-benar jadi dingin. Ini seperti saat aku di pertandingan Kendou, tapi bedanya, saat ini aku benar-benar bukan diriku. Tapi di Kendou, aku adalah aku, Kira is Kira.
Music on, jreng.. jreng.. jreng.. and jreng… Kelas kami bahkan menghabiskan waktu lebih dari 7 menit, hanya karena check sound yang lebih dulu menghabiskan waktu. Apakah ini pertanda ? Hiiih… aku cukup dibuat merinding mendengar saat pembacaan puisi, sampai penontonpun bertepuk tangan. Tapi sungguh sial, prasarana apa macam ini. Benar-benar tidak professional. Penipu ! aku dan temanku malah tidak diberi satu microphonepun. Persiapan apa macam ini ?!

IT’S OVER ! Show off .

Aaaaah.... aku hanya bisa berteriak seusai tampil. Next step à aku benar-benar harus ganti baju.

CLASS

Chandra       : ”Faleeeeeesssss...!!!”
Setya           : ”Benar-benar check sound kali ini, payah !”
Sari             : ”Dengki !”
Kira             : ”Benar-benar panas ! Sani, bisa tolong pegangkan, aku mau ganti pakaian ”
Sani             : ”Ok !”
Sam             : ”Harusnya tadi jangan berhenti, lanjut saja !”
Pram            : ”Oh, mana aku tahu ! Memang tadi kamu tidak lihat, mereka sudah bersikap seperti itu?”
Toni             : ”Yang aku benci bukan tindakannya, tapi mereka berkata di dekat telingaku sendiri ”heey, harusnya stop! stop!” haah... benar-benar tidak menghargai kita”

Hah, hampir semua teman sekelasku mengumpat panitia karena time off yang terlalu cepat. Ditambah kelakuan mereka yang seakan frontal ingin menghentikan giliran kelas kami. Beruntung masih ada guru yang membela dan membiarkan kelas kami tetap tampil meski waktu yang diberikan tlah lewat. Aaah... hari ini benar-benar menyebalkan!

Kira             : ”Yoo, dendam ? Cabut !”

Dengan frontal juga aku malah menyuruh mereka untuk mencabut saklar saluran listrik yang kebetulan pusatnya ada di kelas kami, hahah... itu pun kalau mereka berani melakukannya. Aku tidak berpikir, sedendam apapun mereka, tidak mungkin sampai melakukan tindakan bodoh yang merugikan diri sendiri.

TO..BE..CONTINUED.. !!  ┐(‘⌣’┐) (┌’⌣’)┌ ┐(‘⌣’┐) (┌’⌣’)┌


No comments:

Post a Comment

What are you looking for..?

Keep Moving Forward with much idea and creation on your Blog...

Popular Posts

Author

Do you have an advice for this blog, call me.

Followers

Search Engine MarketingSubmit Express
WELCOME TO MY LITTLE WORLD, GUYS !!