Wednesday, 1 September 2010

Pikiran dan Saran untuk Kemajuan

Bagaimana mengatasi masalah-masalah yang ada di Indonesia sekarang ini ?
Hal ini banyak sering malah dipertanyakan oleh penduduk dan pemerintah Indonesia, tapi tidak pernah menemui jalan penyelesaian.
Dan kalau pun sudah ada beberapa cara mengatasi hal tersebut, itu malah akan memperparah keadaan Indonesia bahkan tidak jarang menimbulkan masalah baru yang lebih rumit. Sekarang ini meskipun jaman sudah lebih modern, tapi Indonesia masih dipandang sebelah mata oleh dunia, bahkan sering nasib Indonesia di pertanyakan untuk kedepannya. Jadi serba salah akhirnya, di satu sisi sebagian penduduk ada yang malu mengakui bahwa dirinya adalah orang Indonesia, dan disisi lain ada juga orang yang mati-matian memperjuangkan kemajuan Indonesia menuju jalur yang lebih baik.
Pertama bahas tentang polusi dan kemacetan di Indonesia, kita ambil contoh saja yang paling kacau yaitu di Jakarta. Jakarta sekarang ini mungkin kurang layak kalau disebut sebagai Ibukota. Sama sekali tidak mirip Ibukota yang harusnya, tentram dan pusat negara. Ini malah menjadi kota besar yang paling semerawut, kacau. Tentang polusi dan kemacetan di Jakarta sendiri, jujur saya belum pernah pergi ke Jakarta dan melihat secara langsung bagaimana keadaan disana. Tapi dengan melihat dan mendengar lewat iklan, forum, atau berita saja sudah merupakan bukti nyata bagi saya untuk dapat kesimpulan. Masalah yang sebenarnya adalah penduduk dan sifat kemanusiawian mereka yang tidak pernah puas akan sesuatu. Diakui atau tidak hal ini sangat berkaitan. Penduduk yang sangat membludak di Ibu kota begitu juga dengan kendaraannya otomatis mendorong Jakarta ke arah jalan buntu, tanpa penyelesaian. Saya mengakui bahwa tidak mudah mengatasi pembludakan penduduk karena hal itu juga dipengaruhi oleh banyak faktor bukan satu. Hal itu disampingkan dulu. Kemudian tentang kemacetan, hal ini memang tergolong sulit tapi peluang mengatasinya belum mencapai 0%, itu cukup. Pertama atasi keinginan para orang kaya memperkaya diri mereka dengan terus-menerus membeli kendaraan, ya jangan karena punya uang banyak punya mobil/motor sampai 10 buah atau lebih, sebaiknya dibatasi maksimal 2 buah mobil untuk 1 kepala keluarga, cukuplah. Sering adakan razia dadakan, jangan banyak omong tapi bertindak dan langsung tangkap saja yang melanggar. Adakan razia juga di perum-perum elit, jangan di pinggir jalan saja. Maksud mengadakan razia di perum elit ya itu tadi, membatasi jumlah kendaraan pribadi, mobil 2 buah dan motor cukup 2 buah untuk 1 kepala keluarga yang bisa dibilang kaya. Bagi yang tertangkap punya lebih dari itu, langsung sidak saja. Tak peduli pejabat, polisi, atau presiden sekalipun hajar saja di pengadilan. Ini katanya negara hukum Bung, harusnya derajat hukum itu tinggi, ini malah tidak ada harganya. Hukum pakai duit, gak ada !
Kemudian untuk angkutan umum, lebih baik bajaj, metromini, atau mikrolet di tiadakan, ganti dengan becak, delman, atau ojeg sepeda sekalian. Nah, kalau orang yang sebelumnya berprofesi sebagai supir dari pekerjaan tersebut yang kemudian mengganggur, ini bagian pemerintah. Beri mereka modal untuk berwiraswasta, kalau masih protes tindak keras gak perlu banyak omong. Masih banyak negara-negara maju yang sekarang ini masih menggunakan sepeda untuk sehari-hari, kenapa mesti malu. Buang jauh-jauh rasa malu kalau mau maju, kalau mau tampak mahal buat aja sepeda dari emas yang harganya sama kaya mobil, gampang kan ?!. Terus buat polisi yang pakai kendaraan bermotor juga perlu diganti, kenapa gak meniru Inggris yang menggunakan kuda sebagai kendaraan gak ada ruginya, malah lebih efektif. Sekali lagi, gak usah malu. Kalau Indonesia kacau seperti sekarang ini, nah itu kita harus sangat malu. Meski terkesan murah dan kampungan, yang penting dampak dari keadaan itu, polusi dan macet jadi bisa berkurang terutama di Jakarta. Kalau masih belum bisa, apa perlu dibuat UU tentang penggunaan sepeda dan penggunaan kendaraan bermotor seperlunya saja ? Iya. Bisa dibilang pemerintah sekarang ini masih belum punya keberanian untuk ketegasan, sidang atau kumpulan banyak diadakan, pembahasan, forum, dsb. Mana hasilnya ? Itu ciri-ciri kiamat, tahu ?. Sudah di bilang lebih baik jangan banyak omonglah, sekali ada masalah, langsung harusnya Pemerintah ikut turun bukan cuma duduk dan bicara di kursi empuk mereka. Kalau memang misalnya cara ini ampuh, gunakan jugalah cara ini di wilayah carut marut lain di Indonesia.
Kemudian tentang polusi pabrik, hal ini memang agak sulit karena penduduk Indonesia sekarang suka akan segala hal yang praktis. Tapi, masa bodohlah ! Lebih baik, pabrik di Indonesia di batasi untuk memperbaiki udara di Indonesia, berapalah. Misalnya satu perusahaan maksimal punya 1 pabrik di 1 Pulau di Indonesia, itu cukup. Kembali lagi, kalau ada pabrik yang melebihi jumlah yang seharusnya di salah satu wilayah di Indonesia, lebih baik langsung hancurkan saja, toh juga perusahaan itu gak akan bangkrut karena masih ada pabrik yang satunya lagi. Hal ini juga untuk meminimalisir makanan ringan yang tidak sehat di pasaran, dan terutama sampah plastik. Perlu juga dibuat UU ? buat saja kalau memang para produsen sulit disadarkan. Lebih baik mengutamanakan Kualitas dari pada Kuantitas.
Ini menurut saya sendiri, tentang polusi dan kemacetan. Sebenarnya sudah lama ada di pikiran saya, saya pikiir hal itu akan berubah menjadi lebih baik dengan berjalannya waktu dan modernisasi. Tapi setelah saya melihat berita pagi ini yang tengah membahas hal itu, saya benar-benar kecewa dengan sistem negara ini.
Yang kedua tentang sistem pemerintahan di negara ini. Secara harafiah orang-orang yang punya jabatan di pemerintahan mungkin di definisikan dengan orang-orang yang pintar, benarkah ?
Kalau memang begitu, mungkin Indonesia sekarang sudah masuk ke masa emas, the best country ever ! Tapi tidak ! malah Indonesia semakin kacau, seperti yang saya bilang sebelumnya, pemerintah kurang tegas. Mereka masih lebih mementingkan kehormatan pribadi dan takut akan rasa malu daripada rakyat. Saya sudah bilang kalau malu negara ini tidak akan pernah maju. Maksudnya, orang-orang pemerintahan cobalah untuk turun ke jalan tapi dengan tulus. Jangan turun ke jalan membantu penduduk cuma untuk mencari sensasi dan perhatian, apaan itu ?
Apa pernah ada pejabat yang marah dan mengkritik pedas-pedas stafnya sampai menampar atau sebagainya ? Tidak, saya belum melihat ataupun mendengarnya. Kalau pun ada yang salah, pemimpin-pemimpin itu hanya bicara lembut, dan menasehati agar rakyatnya sadar, berpidato bla..bla..bla. Pidato tidak akan pernah menyadarkan rakyat, kalau pun bisa itu tidak akan berlangsung lama. Tapi beda dengan tindakan, tindakan itu berbekas. Lebih baik Indonesia menggunakan hukum islam, pelanggaran diatasi dengan hukum islam daripada menggunakan hukum mencontoh dari negara barat yang sama sekali tidak ada bekasnya. Hukum islam itu keras, tapi sangat mujarab. Bagi pencuri langsung potong tangannya, siapapun itu, bagi penzinah langsung cambuk sampai sekarat sekalian, bagi orang-orang dengan seks sesama jenis yang menyimpang langsung bunuh karena islam tidak mengharamkan membunuh orang yang melakukan zinah sesama jenis (itu yang saya dengar), dan bagi para koruptor dengan tegas eksekusi mereka. Memang semua manusia punya hak untuk membela dirinya sendiri kalau melakukan sesuatu kesalahan, baik itu lewat pengacara, ormas, atau yang lainnya. Tapi kalau sudah menyangkut kepentingkan umat atau kerugian negara itu sendiri, sudah sepantasnya ditindak dengan tegas. Jangan pernah sediakan pengacara untuk para koruptor meskipun mereka punya uang banyak, jika terjadi penyuapan langsung eksekusi semua yang terlibat agar mereka jera. Ini malah koruptor yang sudah merugikan negara triliyunan rupiah cuma dipenjara 1 tahunlah atau paling lama mungkin 5 tahun, apa itu ? Koruptor sama saja dengan teroris yang sudah merapuhkan dan membom negara dari dalam. Teroris saja dihukum mati kenapa para koruptor tidak ? Julukan Indonesia sebagai negara hukum belum pantas disandang kalau hukumnya sendiri masih cacat dengan uang.
Masalah keamanan beda dengan bencana yang sama sekali tidak dapat di cegah mungkin hanya bisa di minimalisir saja. Sistem keamanan di negara ini sudah lapuk di gerogoti orang-orang yang hanya ingin makan gaji buta. Memang tidak semua orang begitu, tapi sebagian besar iya. Kepolisian di negara ini terlalu banyak diam dan banyak bicara. Banyak generasi muda yang bercita-cita sebagai polisi, tapi sebenarnya untuk apa ? Mereka sebagian besar hanya ingin mendapat gaji besar untuk menghidupi keluarga tanpa peduli hal sekitar. Banyak kasus-kasus yang terjadi sekarang ini tapi kebanyakan polisi sering datang sangat terlambat dan malah warga yang lebih dulu menyelesaikan perkara yang ada. Mereka hanya datang kalau di panggil, kalau dipinta, dan kalau perkara/kasus tersebut sudah mencuat dan menjulang tinggi. Tidak ada yang punya inisiatif. Harusnya ini juga di tindak tegas, lebih tegas malah.
Ingin negara ini aman, kalau perlu gunakan seluruh kekuatan maksimal kepolisian, TNI dsb.. yang ada di negara ini. Tunjukan apa sebenarnya tugas mereka. Kalau perlu juga, taruh minimal 50-100 personil kepolisian/TNI di tempat-tempat rawan seperi halte bis, stasiun, bandara, pasar, jalan raya, pagi, siang, malam. Taruh lebih banyak orang di perbatasan-perbatasan atau wilayah rawan ancaman teroris. Kalau masih kurang, gunakan warga sipil yang pengangguran untuk mengamankan keadaan. Ada berapa anggota polisi di negara ini ? Banyak, sangat banyak. Bagi rata mereka di setiap wialyah, jangan di wilayah itu itu saja. Tapi kalau ada anggota yang melanggar dan malah menggunakan pekerjaannya sebagai media untu memeras rakyat, copot, hukum tegas, penjarakan, kalau perlu deportasi hal ini juga sangat berlaku untuk koruptor.
Dan lagi, lebih baik gaji di sama ratakan, kalau tingi-tinggi nantinya malah akan memanjakan dan akan semakin banyak orang yang ingin jadi polisi tapi tidak akan ada gunanya ( basa sundanya ’teu arah gawena’ ).
Untuk masalah penduduk. Kembali lagi ke Jakarta. Jakarta daerah yang paling padat, karena kebanyakan warga miskin, gelandangan, pengamen, dll.. Solusi pertama, Indonesia punya banyak rumah-rumah tua bekas masa kolonial yang tidak terpakai dan malah diterlantarkan sehingga terkesan berhantu. Kenapa bangunan-bangunan itu tidak di renovasi dan gunakan sebagai rumah tampung untuk gelandangan atau pengamen. Toh setan juga bakalan pergi kalau banyak orang di rumahnya kalau perlu pakai ustad sekalian untuk mengusirnya. Kalaupun tidak di renovasi seluruhnya, setidaknya pastikan kalau keamanannya terjaga dan bangunan itu kuat untuk menampung orang agar tidak menimbuilkan kecelakaan. Tapi kalau bangunannya penting seperti di kota tua atau museum yang punya banyak arti dan sejarah, lebih baik gunakan sebagai tempat wisata sejarah saja tapi renovasi lagi. Ini yang di utamakan adalah gedung-gedung atau banguan bekas, seperti pabrik, bangker, dll.. Penduduk Jakarta yang ada di lingkungan kumuh dan padat bisa dipindahkan kesana, ataupun pengamen, anak jalanan, gelandangan, orang di kolong jembatan, di tepian kali/sungai/rel dll.. Kalau cukup berhasil, mungkin kawasan di Jakarta akan terlihat renggang dan tidak sesak. Tempat bekas tempat tinggal penduduk yang kumuh juga bisa di daur ulang jadi tempat wisata, atau pertanian/perkebunan yang lebih berguna bagi orang banyak.
Kalau berhasil cara ini juga bisa di terapkan di daerah lain di Indonesia.
Ketiga masalah kebersihan. Hha, Indonesia salah satu negara terjorok yang pernah saya lihat. Terutama sungainya. Caranya cuma satu, hentikan dan berangtas dari akarnya/sumbernya. Misalnya sungai, ambil contoh lagi di daerah Jakarta, lihat aliran dari sumber kotornya dan hentikan disana, cara penghentiannya tergantung daerahnya. Tapi kalau penduduk disana sudah dapat tertib dan tidak terlalu bermukim di pinggiran sungai (cara di atas) mungkin pembersihan pun akan sedikit mudah. Lakukan saja bertahap tapi dalam jangka yang tidak terlalu lama. Ini malah, banyak pembersihan dilakukan tapi dalam jangka yang sangat lama, bisa berbulan-bulan atau tahunan, mana mungkin bisa bersih negara ini. Lakukan bertahap dari sumber sampai aliran berakhir, lihat juga lautnya. Kalau perlu buat juga UU lah ? Indonesia memang susah ! Kebersihan sering dianggap sepele tapi dampaknya DAHSYAT Bung ! Bisa saja orang yang membuang sampah sembarangan di tindak tegas, misalnya membuang sampah 1x penjara 2 hari atau denda bagi semua umur, titik. Biar mereka jera. Kembali ke masalah hukum, kalau hukumnya letoy, Indonesia tidak akan pernah bisa berdiri sendiri, lama-lama bisa runtuh sendiri. Masalah kebersihan memang agak sulit, apalagi banjir. Tapi negara lain tidak, karena mereka punya orang ahli dan teknologi yang mendukung. Kenapa pemerintah tidak minta bantuan dan belajar ilmu dari negara yang lebih maju untuk kemajuan Indonesia sendiri ? Malu ? hm, faktor malu menjadi alasan panling tinggi. Susah kalau sudah malu menyerang pemerintahan ini, apalagi gengsi.
Lebih baik kembali ke jaman purba yang meski kehidupan agak ribet tapi pikiran tenang, alam tetap terjaga dan tenteram meski gak ada kemanan yang berarti dan dulu meski masih agak sadis dengan adat. Dari pada jaman modern yang hidup serba praktis tapi hal sebenarnya serba ribet dan membingungkan, dan semakin hari semakin menghancurkan alam. Manusia tidak pernah sadar kalau mereka hidup di dunia ini cuma menumpang pada alam. Kapan sadarnya ? Ya seperti itulah negara ini, masalah di atas hanya segelintir dari jutaan masalah yang ada. Hanya saja, kalau masalah pokok dapat di tuntaskan, bukan mustahil kalau Indonesia bisa melampaui level kemajuan setidaknya maju satu level dari sekarang ini sudah sangat beruntung. Ya semoga saja..

No comments:

Post a Comment

What are you looking for..?

Keep Moving Forward with much idea and creation on your Blog...

Popular Posts

Author

Do you have an advice for this blog, call me.

Followers

Search Engine MarketingSubmit Express
WELCOME TO MY LITTLE WORLD, GUYS !!